"Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberi rizki sebagaimana rizki burung-burung.
Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. At-Tirmidzi).
Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.” (HR. At-Tirmidzi).
Ternyata ada beberapa sifat dan sikap yang dilakukan oleh burung dalam mencari makanannya, sesungguhnya tidak ada burung yang bangunnya kesiangan, kecuali burung sakit, atau burung malam alias burung hantu. Namun jika dilihat secara umum, burung selalu bangun pagi.
Ia bangun dengan penuh optimisme, riang dan gembira tanpa ada rasa khawatir sedikitpun akan makan apa hari ini dan tidak pernah khawatir akan rizki yang pasti sudah disiapkan oleh sang khalik.
Ia bangun dengan penuh optimisme, riang dan gembira tanpa ada rasa khawatir sedikitpun akan makan apa hari ini dan tidak pernah khawatir akan rizki yang pasti sudah disiapkan oleh sang khalik.
Bahkan di celah persiapannya, dia sibuk bernyanyi seakan membangunkan manusia, seolah dia menunjukkan kepada kita akan rizki Allah yang selalu siap kita jemput, seolah ia menunjukkan kepada kita bagaimana ia bertasbih kepada sang khalik, melalui kicauannya.
Bisakah kita menanamkan hikmah yang ada pada burung, saat ia bangun pagi, ia selalu menyempatkan diri untuk bersyukur, memuji sang khalik yang Maha Pemurah, dan bertasbih kepadaNya melalui kicauannya.
Sebenarnya kita diberi infrastruktur jauh lebih istimewa daripada burung, mari kita gunakan waktu kita untuk bangun pagi, bersyukur, bertasbih dan bermunajat kepada sang khalik, seperti yang dilakukan oleh burung.
Dalam usaha mencari rizki, kita juga harus melakukan persiapan fisik maupun mental dan fikiran guna kesempurnaan ikhtiar kita.
Cobalah kita merenung sejenak, dalam usaha mengais rizki, jarang sekali tanpa hambatan ataupun kesulitan yang kita hadapi, seperti burung saat terbang dia berusaha sekuat tenaga untuk melawan grafitasi bumi, agar tidak terjatuh.
Mampukah kita mengambil hikmahnya?, memang adakalanya kegagalan yang kita dapati, kelelahan, kesulitan, kebuntuan berfikir terkadang menghampiri kita, namun yakinlah, bahwa semua itu akan membuat kita menjadi lebih taat, lebih tangguh, lebih ahli dikemudian hari, seperti otot-otot sayap burung, karena setiap hari melawan kuatnya gravitasi bumi, dia akan menjadi lebih kuat dan kuat lagi, hingga jika dalam cuaca ekstrim sekalipun, dia telah terbiasa.
Cobalah kita berkias pada batu karang dipantai, semakin keras ombak menerjang semakin kokoh dan indah ia terlukis sehingga indah dipandang mata dan kalau bukan karena ombak tidak pula ia terukir begitu indahnya.
Jika kita telah terbiasa dengan “hujan badai“ sulitnya mencari rizki, maka disaat ada cuaca normal, semua kondisi wajar, kita akan dengan mudah menaklukkan tantangan kehidupan tersebut.
Sungguh bangga kita sebagai orang Islam, dimanapun kita berada, kemanapun arah kaki kita langkahkan, ayat-ayat Allah selalu menemani kita, camkanlah:
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3)
Saat kita telah berdo’a, dan bertawakkal kepada Allah, maka jangan pernah ragukan hasilnya, karena yakinlah, Allah telah mempersiapkan rizki untuk kita. Bukankah dalam darah kita sesungguhnya telah mengalir ayat Allah: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (Al-Baqarah: 286)”, dan begitupun burung tak pernah ragu saat terbang, dia selalu yakin bahwa, disana ada harapan, yang telah dipersiapkan oleh sang khalik.
Dalam usaha mencari rizki, diperlukan “ilmu” yang relevan, guna menunjang kesempurnaan ikhtiar. Jikalau burung hanya dibekali insting oleh Allah mencari tempat-tempat yang rimbun dan subur untuk mencari makanan, maka kita diberi panca indra dan akal pikiran yang luar biasa oleh Allah, yang bisa kita gunakan untuk menganalisa dimana tempat-tempat yang subur dan rimbun yang dikaruniakan Allah tersebut.
Saat mencari rizki, jangan pernah lupakan beban amanah keluarga, anak istri yang selalu menanti hasil ikhtiar yang kita lakukan, karena do’anya merupakan tongkat buat kita.
Burung selalu dengan cara yang indah dan santun, tidak pernah ia melakukan perusakan dalam proses pencarian makanan, bahkan ada beberapa jenis burung yang membantu proses pembuahan beberapa tanaman, mampukah kita menirukannya?.
Malu rasanya, jika kita dalam proses mencari rizki kita, harus merugikan orang, merusak hak-hak orang, menyakiti dan mengecewakan orang lain.
Jika anda tertarik dengan artikel ini, berikan Like website ini.
Badai Pasti Berlalu
Kita perlu terus menjadikan bahtera bergerak dan mengarahkannya ke arah pulau impian kita. Namun, kadang badai datang, membuat bahtera kita oleng bahkan hampir tenggelam.
Namun bahtera kehidupan memiliki sebuah keajaiban. Bahtera kehidupan tidak akan pernah tenggelam selama kita memiliki harapan. Oleng mungkin tetapi tenggelam tidak jika kita masih memiliki harapan bahwa kita akan sampai ke tujuan yang kita impikan.
Jika badai begitu lama menggoncang bahtera kita, jangan pernah menyerah, karena menyerah adalah satu cara pasti bahtera kita tenggelam. Harapan, membuat bahtera kita tidak akan pernah hancur dihantam gelombang dan tidak akan membuat bahtera kita karam.
Lalu, dari mana datangnya harapan? Harapan ada pada diri kita, sebab tidak ada badai yang melebihi kekuatan diri kita. Sebesar-besarnya badai masih dibawah kemampuan kita semua. Allah telah memberikan kekuatan yang sangat dahsyat pada diri kita atau mendatangkan badai yang besarnya masih ada dibawah kemampuan kita. Allah tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan kita.
Jagalah harapan bahwa selalu ada jalan keluar. Yakinlah bahwa kita bisa bertahan. Pasti ada sesuatu hikmah besar dibalik kesulitan yang kita hadapi. Semakin besar kesulitan, mungkin semakin besar dan bernilai hikmah yang akan kita dapatkan nanti. Jagalah harapan, karena badai pasti berlalu, Insya Allah.
Renungan Jum’at dinihari 17 April 2015, Mediatama Sumedang.