Anda tentu telah banyak mendengar bahwa kawasan kepulauan Sunda Kecil, atau kini dikenal sebagai kepulauan Nusa Tenggara, menyimpan banyak keindahan alam yang tiada tara nilainya. Jika Anda telah cukup puas dengan keindahan deretan Gili di barat laut pesisir pulau Lombok, maka sebaiknya kini Anda bergeser ke Taman Nasional Komodo di sisi barat Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, dan bersiaplah untuk terpukau oleh keindahannya. Pantas jika The New 7 Wonders memasukkannya sebagai salah satu warisan keajaiban dunia paling berharga.
Taman Nasional Komodo berada di antara Pulau Sumbawa dan Pulau Flores di kepulauan Sunda Kecil. Secara administratif, kawasan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman Nasional Komodo pada tanggal 6 Maret 1980 dan dinyatakan sebagai Cagar Manusia dan Biosfer pada tahun 1977.
Taman Nasional Komodo memiliki luas 173.300 ha meliputi wilayah daratan dan lautan dengan lima pulau utama yakni Pulau Komodo, Pulau Padar, Pulau Rinca, Gili Motang, Nusa Kode dan juga pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan tersebut dinyatakan sebagai Taman nasional untuk melindungi Komodo yang terancam punah dan habitatnya serta keanekaragaman hayati di dalam wilayah tersebut. Sementara Taman lautnya dibentuk untuk melindungi biota laut yang sangat beragam yang terdapat disekitar kepulauan tersebut, termasuk yang terkaya di bumi.
Pulau Kanawa
Bukan hanya tentang kawasan konservasi komodo, Taman Nasional Komodo juga menyimpan beragam destinasi wisata menarik lainnya, mulai dari deretan pantai cantik, trekking ke puncak bukit berbatu dengan pemandangan alam spektakuler, hingga menikmati keindahan laut dengan ber-snorkeling.
Pulau Padar
Dimulai dari Labuan Bajo, sebuah distrik wisata sekaligus pelabuhan utama di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, kami memulai perjalanan live aboard dengan mengunjungi Pulau Bidadari sebagai destinasi pertama. Pantai berpasir putih serta air laut berwarna biru cerah dengan ombak yang tenang menjadi lokasi yang tepat untuk snorkeling. Kumpulan terumbu karang yang tidak jauh dari bibir pantai menjadi tempat berenang cukup banyak ikan laut cantik, termasuk hiu kecil pemakan plankton yang beberapa kali melintas dengan anggun.
Pulau Bidadari
Destinasi pun berlanjut ke pulau Rinca yang menjadi salah satu lokasi konservasi komodo. Dipandu oleh ranger setempat, kami dibuat kagum ketika menyaksikan secara dekat sang kadal purba. Melalui penjelasan ranger, kami pun baru tahu bahwa siklus makan komodo berlangsung antara satu atau dua kali dalam sebulan. Selebihnya, komodo akan bermalas-malasan hingga rasa lapar datang. Meskipun begitu, komodo tetap akan mendeteksi adanya 'buruan' jika mencium bau darah, apapun bentuknya, dari jarak cukup jauh, yakni sekitar satu kilometer.
Para Explore Nusanta Bersama Komodo di Pulau Rinca
Setelah puas mengamati kawanan komodo dari dekat dan melakukan trekking ke puncak bukit untuk melihat gugusan pulau serta laut lepas dari ketinggian, rombongan pun berlayar menuju pesisir pulau Padar guna bermalam di atas kapal. Keesokan paginya, kami diajak mendaki bukit terjal untuk menyaksikan matahari terbit dengan latar belakang tiga pantai yang sangat instagramable alias dipuja oleh banyak penyuka fotografi Instagram. Setelahnya, kami pun diajak untuk menyaksikan langsung habitat ikan manta di tengah lautan yang jernih. Ikan yang sejenis dengan pari, namun berukuran lebih besar ini, tampak akrab berenang mendekati setiap perahu yang melabuhkan jangkar di habitatnya, seakan menyapa dengan ramah.
Di hari terakhir setelah menjalani live aboard, kami pun melanjutkan perjalanan ke Goa Batu Cermin yang disebut sebagai salah satu gua maritim (pernah berada di bawah laut) tercantik di dunia. Di sana, kami diperlihatkan cukup banyak fosil kerang dan rangka ikan purba yang menempel di banyak bagian dinding gua. Sayang, kami tidak sempat menyaksikan atraksi utama Goa Batu Cermin, yakni pantulan cahaya indah yang masuk melalui lubang atas gua.
-o0o-